BANGGAI, – Di tengah kemajuan zaman dan tuntutan kepemimpinan yang semakin kompleks, sosok Jufry Lasandre, Kepala Desa Teku, Kecamatan Balantak Utara, justru tampil berbeda. Ia memimpin dengan cara yang sederhana namun menyentuh hati masyarakat. Kepemimpinannya yang merakyat, terbuka, dan jujur menjadi inspirasi bagi banyak orang di lingkup pemerintahan desa.
Sejak menjabat sebagai Kepala Desa, Jufry Lasandre menunjukkan bahwa membangun desa tak selalu harus dimulai dari hal-hal besar. Bagi beliau, kedekatan dengan masyarakat, kejujuran, dan ketulusan hati adalah pondasi utama dalam membangun kepercayaan dan kemajuan desa.
Jufry Lasandre tetap menjalani hidup seperti sebelum menjabat kepala desa. Ia tidak menunjukkan gaya hidup mewah atau menjaga jarak dengan masyarakat. Justru sebaliknya, ia dikenal sering turun langsung ke lapangan, ikut membantu warga dalam kegiatan gotong royong, serta terbuka menerima masukan maupun keluhan dari masyarakat.
“Pak Desa tidak pernah berubah sejak dulu. Tetap rendah hati, dan tidak segan menyapa warga satu per satu,” ungkap salah satu tokoh masyarakat Desa Teku.
Kesederhanaan itu membuat Jufry sangat dicintai oleh masyarakat. Rumahnya terbuka bagi siapa saja yang ingin berdiskusi, meminta bantuan, atau sekadar bersilaturahmi. Ia juga dikenal jarang menggunakan fasilitas desa untuk kepentingan pribadi, dan lebih mengutamakan pelayanan untuk masyarakat.
Salah satu keberhasilan Jufry Lasandre adalah membangkitkan kembali semangat gotong royong di tengah masyarakat Desa Teku. Banyak program pembangunan infrastruktur sederhana seperti jalan setapak, jembatan kecil, serta perbaikan fasilitas umum yang dilaksanakan bersama-sama oleh warga dan pemerintah desa, tanpa harus bergantung sepenuhnya pada dana besar.
Dengan pendekatan partisipatif ini, masyarakat merasa lebih memiliki terhadap pembangunan yang ada. Hasilnya, proyek-proyek desa tidak hanya berjalan efektif, tetapi juga dirawat dengan baik oleh masyarakat sendiri.
Dalam pengelolaan dana desa, Jufry Lasandre dikenal sangat transparan. Ia selalu melibatkan masyarakat dalam musyawarah perencanaan dan pelaksanaan kegiatan. Semua informasi anggaran dibuka secara jelas melalui papan informasi desa dan pertemuan rutin bersama warga.
“Beliau selalu jujur dan tidak menyembunyikan apapun dari masyarakat. Apa pun programnya, pasti dimusyawarahkan terlebih dahulu,” kata salah satu anggota BPD (Badan Permusyawaratan Desa) Teku.
Keterbukaan ini membuat kepercayaan masyarakat terhadap pemerintahan desa semakin kuat. Tidak ada jarak antara pemimpin dan rakyatnya, karena Jufry memimpin dengan hati.
Dalam berbagai kesempatan, Jufry Lasandre menegaskan bahwa kemajuan desa tidak diukur dari seberapa megah bangunan yang dibangun, melainkan dari seberapa besar manfaatnya bagi masyarakat.
“Saya hanya ingin melihat warga desa sejahtera, hidup rukun, dan merasa dilayani dengan baik oleh pemerintah. Tidak perlu mewah, yang penting tepat guna dan menyentuh kebutuhan warga,” ujar Jufry saat ditemui di sela kegiatan musyawarah desa.
Kesederhanaan, kejujuran, dan pengabdian Jufry Lasandre menjadi teladan di tengah masyarakat Desa Teku. Di saat sebagian pemimpin sibuk mengejar pencitraan, Jufry tetap pada prinsipnya: melayani, bukan dilayani. Kehadirannya menjadi bukti bahwa kepemimpinan yang baik bisa lahir dari ketulusan, bukan dari kekuasaan.
Dengan gaya kepemimpinan seperti ini, Desa Teku terus melangkah maju. Warga merasakan perubahan, bukan hanya secara fisik, tetapi juga dalam semangat kebersamaan dan rasa memiliki terhadap desa. (***)